![Gambar terkait](https://media.wired.com/photos/592670dfcfe0d93c47430371/master/w_2400,c_limit/YouTube-social-icon2.jpg)
Lempar balik ketika Aku masih sekecil biji mengkudu, hiburanku dirumah bukan IPad. Bukan juga tablet apalagi dilengkapi WiFi berkecepatan maksimal. Boro-boro beli gituan, Nintendo aja nggak dibelikan sama orang tua. Kasihan, ya Aku dulu. Tapi dulu hiburanku kalo nggak Game Boy, mainan masak-masakan (ituloh yang piringnya plastik, wajan-nya plastik juga), ya TV. Zaman diriku masih seimut hamtaro, nonton TV adalah hal yang tidak pernah terlewatkan satu hari pun. TV kuanggap sebagai sahabat baik. Buktinya apa? Kalo dirumah sendirian, TV bakal aku nyalakan kenceng-kenceng biar dirumah serasa ada orang padahal cuma Aku doang. Bego atau genius, sih itu?
Kalau mengingat Carlita De Angel dan si Tante Rambut Palsu, Cat and Dog, Chalk zone, Blues Clues, Are You Smarter Than a Five Grader?, Dora The Explorer, Jimmy Neutron, Mr. Bean, Drama Korea Indosiar tiap sore, Sinetron ular terbang by Gentabuana Paramita, dan Sinetron-sinetron ABG yang membuatku ingin segera dewasa (maksudnya jadi anak SMA gitu), Aku jadi terharu. Kemana mereka pergi? Walaupun ada beberapa yang masih tayang sampai sekarang, itupun intensitas tayangnya tidak sebanyak dahulu. Sepertinya waktu begitu cepat hingga sekarang Aku menyadari bahwa Aku adalah generasi TV. Generasi yang ketika kecil masih nonton TV tabung gede bukan TV LCD yang tipis seperti sekarang. Generasi yang nggak mengenal TikTok, Instagram, Pansos, Push Rank, dan apalah itu kawan-kawanya.
Youtube. Fenomena baru yang merampas (hampir) habis kepopuleran televisi. Diluncurkan pada tahun 2006, Youtube berhasil menjadi platform Video terbesar di Dunia dengan pengguna lebih dari 1.8 milyar users log in setiap bulanya (Business Insider). Angka yang cukup fanstastis. Lalu apa kabar dengan TV? Kata Young Lex, "Youtube lebih dari TV" memang benar adanya. Smartphone sekarang harganya rusak, murah abis. Siapapun bisa punya smarthphone yang penting ada duitnya. Kuota juga bertebaran murah banget. Dan WiFi sekarang bisa dibayar dengan secangkir kopi. Sekarang semua orang bisa merasakan namanya kekuatan digital. Pernah nih Aku naik bemo terus supirnya ngeluarin smartphone yang ternyata lebih canggih dari smarthphoneku. Apa aku jadi supir bemo aja, ya?
Lalu mengapa Youtube bisa menggeser posisi TV di kehidupan millenials maupun lintas generasi saat ini? Bukanya kalo mau buka Youtube bayar pake kuota, pulsa, internet? TV kan gratis, kecuali TV berlangganan ya. Tapi mengapa Youtube bisa se-powerful itu? Jawabanya,
GAYA HIDUP loe, BURHAN!
Bukan waktu yang menggeser kepopuleran TV. Gaya hidup lah yang membuat TV semakin berdebu. Tidak pernah disentuh si pemiliknya. Remote-nya sampe hilang ntah kemana parah lu. Sampe TV-nya dibuat sarang lebah, dan warnanya memudar. Praktis dan menarik. Dua kunci mengapa nagh zaman now terbiasa dengan gaya hidup nonton TV di Youtube. Dengan Youtube, kamu bisa nonton TV dimana saja dan kapan saja. Dengan TV, kamu hanya bisa nonton di rumah. Dengan Youtube, kamu bisa membuat tayangan yang kamu dan orang lain ingin tonton. Kamu bisa berkreasi, memainkan imaginasi, dan menuangkan ide secara visual dan audio. Tak hanya bebas berkreasi, kamu bisa menjadikan Youtube sebagai tambang uang jika kamu serius membuat konten yang menarik dan bermanfaat.
Konklusinya, kalo mau disukai dan dicari orang, kamu harus up to date dan dinamis seperti Youtube. Kalau tidak, nasibmu akan seperti TV yang ditinggalkan penontonya karena mereka sudah beranjak dewasa dan terpikat oleh kecenya Youtube. Mau kamu dicampakkan seperti TV? Kalo TV bisa ngomong, mungkin dia sudah marah-marah dan meronta agar para penontonya tetap menontonya setiap siang sepulang sekolah. Kalau kamu merasa terlalu kaku, kolaborasilah dengan yang fleksibel. Kalo nggak gitu, tidak akan ada istilah "nonton TV di Youtube" atau "nonton Youtube di TV" dan kata TV tidak akan pernah disebut lagi setelah kemunculan Youtube.
Clarenza