3 Desember
3 Desember 2017 bukanlah tanggal ulang tahunku. Bukan juga hari dimana aku dapat hadiah teristimewa. Boro-boro hadiah istimewa, yang ada hari itu malah dapat omelan mama yang bikin hari nggak istimewa. Moga-moga ngerti maksudku deh ya. Fix aku inget banget kalau tanggal 3 Desember 2017 itu Hari Sabtu. Sejak beberapa minggu sebelumnya aku udah merencanakan untuk mengosongkan tanggal 3 Desember itu karena berniat ikutan tes TOEFL Murah meriah di Surabaya. Emang dasarnya suka diskonan, aku nekad bilang ke mama,
"Ma, tanggal 3 anterin aku ke Universitas X ya soalnya ada tes TOEFL murah banget cuma 50k."
Lumayan anjir itu murah banget buat tes TOEFL yang harganya biasanya sampe jutaan. Meski aku nggak tahu itu sertifikat bentuknya bakal kayak gimana. Mungkin ada foto mas-mas yang jaga kelas kali ya. Btw sertifikatnya belum aku ambil sampai hari ini tanggal 13 Agustus 2018. Udah membusuk kayaknya aku juga udah ikhlas. Segala jenis rayuan kucoba untuk meluluhkan hati mama biar mau nganterin ke tempat tes yang jauh banget. Awalnya aku mau naik Uber. Tapi setelah cek harganya, GILE!!! Bisa dibuat makan siang sampe gumoh, nih.
Ide cemerlang akhirnya muncul. Aku akhirnya milih diantar sampai di Tunjungan Plaza dan naik Uber dari situ. Lumayan lebih murah. Mama sama adek aku kusuruh untuk jalan-jalan cantik di Tunjungan Plaza sembari nungguin aku tes Toefl di Universitas X. Dari Tunjungan Plaza aku naik Uber yang supirnya bapak-bapak tua. Sepanjang perjalanan terjadi keheningan berpadu dengan suara mbak-mbak google maps.
Sampai di tempat Universitas X aku nyasar. Gedung kampusnya kecil tapi bikin bingung asli. Di depan ruang tes yang ada di lantai 2 cukup antri dipenuhi oleh orang-orang yang mau ikut tes sepertiku. Fast forward, akhirnya tes TOEFL selesai. Meski rada kesel sama audio speaker yang suaranya teredam dan memungkinkan membuat skor listeningku anjlok, tapi oke lah aku rela. Murah ya kualitasnya terbatas, ye nggak?
3 Desember nggak berhenti sampai disitu. Aku nunggu di depan gerbang masuk Universitas karena Uber yang bakal nganter aku balik ke Tunjungan Plaza sedang otw. Dan Viola....s Uber datang. Aku naik, duduk, tutup pintu, dan sandaran. Intinya, mobil Uber lebih adem daripada ruang tes.
"Saya tebak kamu orangnya tomboy ya?" Buset supir Uber kali ini gercep ngajak ngomong. Tapi uniknya, dia berani-beraninya menebak-nebak tentang aku. Emang sih pakaianku kayak cowok banget. Kemeja kotak-kotak dan celan hitam serta sepatu kets. Percakapanku dengan si om supir uber nggak hanya berhenti disitu. Dia sepertinya menggali-gali tentang aku lewat pertanyaan-pertanyaan kritis.
Jadi ceritanya pas masih SMA aku pingin ketika kuliah masuk jurusan Hubungan Internasional (HI).
Jadi ceritanya pas masih SMA aku pingin ketika kuliah masuk jurusan Hubungan Internasional (HI).
"Kamu kuliah mau ambil jurusan apa?'
"Kenapa ambil HI?"
"Kok nggak ambil ilmu komunikasi saja?"
"Apa motivasimu ambil HI?"
"Kedepanya kamu mau jadi apa?"
Serem. Serem banget. Udah kayak maling diinterogasi. Orang tuaku aja tanya nggak sampai begitu. Sampai di suatu titik di depan monumen bambu runcing si om uber ini memberikan suatu wasiat yang aku nggak akan pernah lupain.
"Saya ini pengusaha bebek. Saya jadi supir uber karena saya ingin orang-orang tahu saya punya usaha bebek."
Ntabs soul nih juragan bebek. Tapi bukan itu kata-kata mutiara yang menghujam jiwa dan hatiku hingga terngiang-ngiang sampai sekarang, melainkan
"Impian saya bisa tidur di hotel berbintang dan naik mobil mewah. Apa daya ketika kuliah saya cuma naik sepeda ontel. Teman-teman ngeledekin kalau itu semua nggak mungkin terjadi. Tapi satu hal, saya selalu lihat ke atas. Dan di atas ada Tuhan yang selalu menjadi pengharapan saya."
So inspiring yet creepy karena dia ceritanya seperti pengacara yang sedang membela klien di depan Jaksa habis-habisan. Makasih banyak om wejanganya. Semoga saya bisa seperti om.
0 comments