Berdampingan dengan Kesenjangan

by - June 14, 2020

Sumber: Unsplash.com

Ada momen dalam hari-hari saya yang mana membuat saya berpikir tentang kehidupan orang-orang disekitar saya. Orang-orang yang saya lihat dan temui dari berbagai latar belakang dan kondisi. Mereka yang ke sekolah naik Alphard sampai yang air putih saja tidak mampu beli. Mereka yang sudah tua bisa jalan-jalan ke luar negeri naik business class sampai yang sudah tua masih memanggul siomay dagangan sambil berjalan kaki mencari pembeli.

Judul 'Berdampingan dengan Kesenjangan' saya pilih karena hal tersebut nyata serta ada di dekat saya dan kamu. Kesenjangan kalo di KBBI artinya tidak simetris, tidak seimbang, dan ada jurang pemisah. 

Minggu lalu saya menonton film Korea pertama yang menyabet Piala Oscar yakni PARASITE. Film yang membahas perbedaan kehidupan si kaya (Keluarga Park) dan si miskin (Keluarga Kim) yang benar-benar kontras di Korea Selatan. Setelah film itu selesai, saya memahami bahwa kisah yang diceritakan melalui film tersebut tidak hanya terjadi di Korea Selatan saja, tapi di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Opini saya, si kaya dan si miskin akan tetap ada selama masih ada manusia di dunia ini. Mengapa begitu? Karena manusia punya pikiran, kesempatan, dan kondisi yang berbeda-beda. 

Sepulang kuliah kadang saya naik transportasi umum, melewati jalanan yang sangat ramai. Saya suka duduk di pinggir dekat jendela karena bisa melihat ke luar. Sepanjang perjalanan saya melihat berbagai jenis orang dengan keadaanya masing-masing. Bapak tua tukang becak yang menunggu datangnya penumpang sambil tiduran di atas becaknya, orang gila yang jongkok di depan toko yang sudah tutup, supir truk yang mengendarai truk kontainer super besar (entah berapa jam perjalanan yang akan ia tempuh), Satpam yang menjaga toko/gudang sampai malam, tukang parkir yang duduk menghitung uang yang ia dapat, sampai perantau yang membawa tas besarnya untuk mencari kerja tanpa tahu arah dan akan tinggal dimana. 

Lalu apa yang salah dengan mereka? Ya, tidak ada dan saya nggak tahu. Mereka menjalani kehidupan dan nasib mereka. Sama sekali tidak ada yang salah. Namun melihat orang-orang tersebut membuat saya tersentuh, hidup itu sangat sulit dan sangat indah pada waktu yang bersamaan. Kita ada di suatu tempat yang mana perbedaan drastis itu dekat. Ada yang waras dan ada yang gila, ada yang bisa makan di restoran mahal dan ada yang beli beras saja susah, ada yang punya uang untuk berobat dan ada yang sakit tapi ditahan karena gak ada biaya berobat. Ada yang gajinya milyaran dan ada yang gajinya buruh harian. Ada yang rumahnya di kawasan elit dan ada yang tidur di emperan ruko yang tutup. 

Kelihatannya tidak adil, bukan? Kenapa bisa-bisanya dunia ini seperti itu ckckck... Tapi coba dicerna dan diamati lagi bahwa adanya kesenjangan di sekitar kita rupanya ada maksud terselubung. Agar yang mampu supaya menolong yang lemah, dan yang lemah membela yang mampu. Kesenjangan ada untuk mengingatkan kita kaum manusia bahwa hidup bukan soal terus-terusan di atas dan di puncak, tapi juga tetangga kita di kanan dan kiri. 

Berdampingan dengan kesenjangan membuat bermimpi menjadi hal yang membangkitkan semangat hidup, memberi bara api pada jiwa-jiwa yang terpuruk putus asa.

"Meski sekarang aku gak punya rumah, tapi aku punya impian untuk tinggal di rumah dua lantai yang nyaman." 

Berdampingan dengan kesenjangan membuat kita bisa berbagi, sekecil apapun itu.

Berdampingan dengan kesenjangan membuat kita sadar semua manusia punya peran masing-masing. 

Berdampingan dengan kesenjangan membuat kita seharusnya sadar bahwa tidak ada tempat yang adil di dunia ini. Yang ada adalah tempat yang tepat untuk menikmati hidup dan memperjuangkan kehidupan yang lebih baik daripada kehidupan kemarin atau hari ini.











You May Also Like

0 comments

Instagram