Menjadi Perempuan dan Merasa Tidak Aman

by - October 18, 2020




 
Kalau aku bisa memilih jenis kelamin sebelum dilahirkan, mungkin aku akan memilih untuk jadi laki-laki daripada perempuan. Tapi kalau bisa, aku akan memilih untuk tidak dilahirkan sama sekali. Dunia terlalu keras dan kejam, Bung. Ternyata oh ternyata 20 tahun-an lalu aku lahir sebagai perempuan. Damn it. Should I say thanks or else? Thank God but...

Tumbuh di dalam lingkungan yang membuat aku terekspose dengan teknologi, media massa, dan komunitas masyarakat membuatku jadi pribadi yang senang mengobservasi dan ingin tahu tentang kabar di luar sana. Tak jarang media massa meliput tentang kasus-kasus mengerikan seperti pembunuhan, pemerkosaan, atau perampokan yang mana membuat diriku bergidik tapi juga penasaran dengan profil korban, pelaku, dan kasus yang terjadi. Dari tahun ke tahun, masa ke masa, waktu ke waktu aku dapat kesimpulan dari berita-berita yang aku serap bahwa menjadi perempuan itu menakutkan dan berbahaya. Nggak ada jaminan tempat aman bagi perempuan dimanapun, bahkan di rumah sendiri.

Kasus pemerkosaan, pelecehan, dan berujung pembunuhan semakin gila-gilaan. Jangan bicara di luar negeri, di Indonesia sendiri kasus seperti itu sangat banyak. Mulai dari yang besar (sampai diliput media) sampai yang mikro (tidak diketahui) pun aku percaya sangatlah banyak. 

Baru-baru ini ada kasus pemerkosaan di Aceh yakni Ibunya Rangga yang mana si bocah bernama Rangga dibacok si pemerkosa sampai tewas lalu pelaku memperkosa Ibunya di rumah milik ibunya tersebut dan Rangga. (baca beritanya disini). Pelakunya pun dikabarkan meninggal Sabtu tanggal 18 Oktober 2020 setelah satu minggu ditangkap dan ditahan di sel tahanan karena sakit. Otomatis, pelaku tidak bisa diadili sesuai perbuatannya. Aku nggak tahu harus bicara apa tapi semoga kejadian keji ini tidak lagi terjadi dan ibu Rangga diberi ketabahan. 

Lalu ada lagi di Korea Selatan yang dikenal dengan nama Pembunuhan Hwaseong yang sangat populer sampai dijadikan Film berjudul Memories of Murder. Pada tahun 1986-1991 (baca disini) yang mana pembunuhan berantai yang terjadi di Kota Hwaseong, Korea Selatan dan korbannya 10 perempuan semua disertai pemerkosaan dan pelecehan. Itu hanya dua kasus. Search saja di Google ada betapa beragamnya kasus-kasus berkaitan dengan perempuan yang membuat saya sebagai perempuan juga ikut merasa takut dan tidak aman. 

Tak hanya kasus ekstrim seperti itu, menjadi perempuan membuatku kadang jadi tidak bebas. Tidak bisa keluar malam, naik angkutan umum, dan bepergian sendiri dengan bebas tanpa dihantui rasa takut dan khawatir. Laki-laki seringkali menjadi ancaman dan sumber dari ketakutan dari menjadi perempuan. Itu mengapa tadi aku bilang ingin dilahirkan jadi laki-laki saja. Meskipun laki-laki tidak terjamin hidupnya bakalan aman dan bebas dari bahaya, tapi paling bisa lebih aman dan kemungkinan untuk mendapatkan tindakan kriminal bisa lebih diatasi dan diminimalkan. 

Aktivis-aktivis sampai komunitas dan lembaga yang melindungi perempuan pun sudah banyak. Tapi keberadaan mereka belum bisa dikatakan efektif karena biasanya mereka akan hadir ketika pasca-kejadian. Sebelum dan ketika kejadian misalnya pelecehan berlangsung, tentu keberadaan aktivis dan komunitas perlindungan perempuan belum bisa berbuat apa-apa. Hanya ada diri kita sendiri yang berjuang dan melindungi diri. Inilah yang membuat aku berpikir lagi bahwa menjadi perempuan itu isinya merasa tidak aman mulu. Dilindungi sih iya, tapi itu nggak cukup. Kita butuh perubahan melalui society, pendidikan, hukum, dan fasilitas pelayanan publik agar ketika perempuan ada di ranah ruang publik atau privat bisa merasa aman dan tidak rentan mengalami tindakan kriminalitas. 

Buat laki-laki yang baca ini, please kontrol dirimu. Tidak semua laki-laki menjadi ancaman bagi perempuan kok dan kita para perempuan masih mempercayai itu. Tapi fakta dan data di lapangan mengatakan kalau laki-laki menjadi pelaku terbanyak dalam hal-hal kriminal terhadap perempuan. Kita setara ataupun tidak setara, melukai, merugikan dan membahayakan orang lain adalah kejahatan. 

Aku harap para perempuan yang merasa tidak aman bisa sedikit lebih lega dan menerima kenyataan pahit ini. Kamu tidak sendirian.


You May Also Like

0 comments

Instagram